Rabu, 02 Januari 2013 08:55:25 Admin
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir perkembangan kemiskinan di Indonesia
terus menurun sejak 2006. "Jumlah dan persentase penduduk miskin menurun
dari tahun 2004 ke 2005. Namun pada 2006 jumlah penduduk miskin mengalami
kenaikan karena harga barang-barang kebutuhan pokok saat itu naik tinggi. Namun
mulai tahun 2007 sampai 2012 jumlah maupun persentase penduduk miskin terus
mengalami penurunan," kata Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di kantor BPS,
Jakarta, Rabu (2/1/2013).
Berdasarkan data yang dilansir pada 2006 jumlah
penduduk miskin mencapai 39,30 juta orang, 2007 mencapai 37,17 juta orang, 2008
mencapai 34,96 juta orang, 2009 mencapai 32,53 juta orang, 2010 mencapai 31,02
juta orang, 2011 mencapai 30,02 juta orang, 2012 mencapai 28,59 juta orang. Menurutnya, pada September 2012, jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang atau 11,66 persen, berkurang
sebesar 0,54 juta orang atau 0,30 persen dibandingkan dengan Maret 2012 yang
mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen.
"Selama periode Maret-September 2012, jumlah penduduk miskin yang berada
di daerah maupun perkotaan sama-sama mengalami penurunan, dimana masing-masing
turun sebesar 0,18 persen atau 0,14 juta orang di perkotaan dan 0,42 persen
atau 0,40 juta orang di perdesaan," ujarnya. Lebih lanjut ia menyebutkan delapan faktor yang
terkait dengan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia
selama periode Maret-September 2012 yakni inflasi umum relatif rendah,
Penerimaan beras murah (raskin), upah harian (nominal) buruh tani dan buruh
bangunan yang meningkat, harga beras yang relatif stabil, adanya perbaikan
penghasilan petani yang ditunjukan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani),
perekonomian Indonesia triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,12 persen, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 6,14 persen,
mengalami penurunan dibandingkan keadaan pada Februari 2012 yang sebesar 6,32
persen, dan selama periode Maret 2012-September 2012 harga eceran beberapa
komoditas bahan pokok lain seperti tepung terigu, cabe rawit, cabe merah dan
telur ayam ras mengalami penurunan.
Ia menambahkan pada September 2012, komoditi makanan memberikan sumbangan
terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Komoditi
yang memberikan pengaruh besar pada kenaikan garis kemiskinan diperkotaan
seperti Beras sebesar 26,92 persen, rokok kretek filter sebesar 8,67 persen,
telur ayam ras sebesar 3,51 persen, daging ayam ras sebesar 3,12 persen, gula
pasir sebesar 2,77 persen, tempe sebesar 2,44 persen, tahu sebesar 2,15 persen,
mie instan sebesar 1,59 persen, bawang merah sebesar 1,32 persen dan cabe merah
sebesar 1,26 persen. Sedangkan komoditi yang bukan makanan adalah perumahan
sebesar 8,70 persen, pendidikan sebesar 2,71 persen, bensin sebesar 1,91
persen, angkutan sebesar 1,86 persen dan pakaian jadi anak-anak sebesar 1,79
persen.
Sementara komoditi yang memberikan pengaruh besar pada kenaikan garis
kemiskinan diperdesaan yakni Beras sebesar 33,38 persen, rokok kretek filter
sebesar 8,23 persen, gula pasir sebesar 3,86 persen, telur ayam ras sebesar
2,61 persen, mie instan sebesar 2,30 persen, tempe sebesar 1,96 persen, tahu
sebesar 1,60 persen, bawang merah sebesar 1,51 persen, kopi sebesar 1,50
persen, tongkol/tuna/cakalang sebesar 1,35 persen. Dan komoditi yang bukan
makanan yakni perumahan sebesar 5,78 persen, pakaian jadi anak-anak sebesar 1,76
persen, listrik sebesar 1,55 persen, pakaian jadi perempuan dewasa sebesar 1,46
persen dan bensin sebesar 1,43 persen.
Dampak Positif :
- jika
harga kebutuhan pokok tiap tahun menurun, maka jumlah kemiskinan pun akan
menurun, dan indonesia tidak akan lagi menjadi negara termiskin di dunia.
- Jika
jumlah kemiskinan menurun, semua masyarakat indonesia akan hidup sejahtera dan
tidak ada lagi yang merasa terbuang.
Dampak
Negatif :
- Jika
harga kebutuhan pokok naik, maka banyak masyarakat indonesia yang tidak mampu
membeli kebutuhan pokok dan kemiskinan pun meningkat.
- Jika
kemiskinan di indonesia meningkat, maka masyarakat indonesia tidak akan hidup
sejahtera.
- Kemiskinan
dapat menyebabkan orang patah semangat dan akan bertambah pula kejahatan di
indonesia.